Puncak Sakral Adat Digusur, Warga Adat Suku Wana Taa Minta Ketemu Gubernur Anwar Hafid

oleh -377 Dilihat
oleh

MORUT- Penanaman perdana kelapa sawit di Dusun Padangkalan, Desa Menyo’e, Kecamatan Mamosalato, Morowali Utara, menuai protes dari masyarakat adat anak suku Wana Taa Barangas. Mereka akan terus melawan selama tanah wilayah adat yang sakral disentuh.

Hal ini disampaikan Ruslan Labangara, yang juga anak dari Mustakim Labangara, tokoh suku Wana yang melakukan perlawanan saat penggusuran.

Kepada media ini, Ruslan Labangara menceritakan lokasi yang digusur saat ini sudah masuk ke wilayah yang menjadi puncak komunitas Wana. Ia juga membeberkan bahwa perusahaan telah menggusur situs, hingga kuburan nenek moyang mereka.

“Karena itu kemarin saya salah satu yang berkeras tidak bisa digusur.

Itu sangat banyak situs disitu ada 9, dan sekarang sudah 2 yang kena dilokasi yang di gusur. Watanono dengan Karatu namanya. Macam kuburan, dibilang perusahaan tidak digusur, setelah kita turun lapangan bersama perusahaan, kepolisian betul sudah digusur, kami ini orang kecil, tidak mungkin merah kami mau bilang jadi hitam. Tidak mungkin tidak digusur kami bilang sudah digusur. Ada tiga kuburan digusur, kubur keluarga orang tua dulu.

Lokasi adat wana, komunitas Wana itu puncaknya disitu,”ujarnya

Bahkan ia menyebut salah satu tempat yang dikeramatkan pun dan menjadi sejarah, tergusur oleh perusahaan.

“Karna disitu masih banyak tempat yang sampai saat ini dikeramatkan. Seperti Watanono itu ada sungai kecil, sungai ini banjir kalau di musim panas, tapi kalau musim hujan tidak banjir. Itu salah satu yang tidak bisa ganggu, Karna disitu tempat itu punya sejarah, Watanono itu sungai tempat orang tua dulu ba potong pusat kalau ada yang baru lahir. Dimana ditengah Padang yang tidak ada mata air. Karatu itu tempat sakral, karna waktu jaman perang dulu banyak orang mati disitu,”tegas Ruslan

Mereka menegaskan, permintaan mereka sederhana, namun jika itu tidak di penuhi, mereka akan melawan.

“Tidak banyak yang kami minta, bebaskan tanah adat, tanah Ulayat kami

Mau perusahaan dari mana, kalau digusur tanah adat kami, tetap kami akan tabrak. Karna memang ada batas-batas tanah adat kami yang tidak bisa digusur,”tegasnya

No More Posts Available.

No more pages to load.