Kapolsek Mori Atas, IPTU Saparuddin, Sosok Polisi Inspirasi

oleh -1202 Dilihat
oleh

Morowali Utara- Di antara dinginnya kabut pagi jalan Trans Sulawesi Kecamatan Mori Atas, hadir sosok bersahaja yang menebar kehangatan dalam tugas dan pengabdiannya. Dialah IPTU Saparuddin, S.H., atau akrab disapa Pak Safar, putra asli Maros, Sulawesi Selatan, yang kini memegang amanah sebagai Kapolsek Mori Atas.

Di balik ketegasannya, tersimpan pribadi yang sederhana. IPTU Safar Bersama sang istri tercinta, Aipda Nurliya Mohtar, seorang Polwan yang kini bertugas sebagai staf di Itwasda Polda Sulteng, mereka membesarkan enam buah hati dengan penuh kasih. Ia menyebutnya dengan istilah “KB” Keluarga Besar.

IPTU Safar menjadikan olahraga sebagai hobi yang menyehatkan jasmani sekaligus menenangkan batin.

Namun di balik senyuman ramah itu, Kapolsek Mori Atas menyimpan perhatian mendalam terhadap situasi keamanan di wilayahnya. Selama hampir tiga bulan menjabat, ia mengungkap persoalan yang mengusik ketenteraman, penyalahgunaan narkoba, yang melibatkan tidak hanya remaja, tetapi juga orang dewasa.

“Saya tekankan kepada seluruh personel saya untuk tidak main-main dengan narkoba. Jika ada yang terbukti terlibat, saya tidak segan memberi sanksi tegas. Hanya dengan aparat yang bersih, kita bisa berani bertindak kepada para pelaku, baik pemakai maupun pengedar,” ungkapnya dengan tegas namun tulus.

Komitmennya tak sekedar kata. Di bulan kedua kepemimpinannya, Polsek Mori Atas berhasil menangkap seorang bandar narkoba di Desa Kolaka. Sebuah langkah besar, tapi baginya, pemberantasan narkoba adalah perjuangan bersama.

“Saya berharap masyarakat ikut ambil bagian. Laporkan jika ada aktivitas mencurigakan di sekitar rumah. Narkoba itu ibarat api kecil yang bisa membakar seluruh desa. Ia bukan hanya merusak diri, tapi bisa jadi pemicu tindak pidana lain — bahkan pembunuhan pernah terjadi karena pengaruhnya,” pesannya dengan suara yang dalam.

Tak hanya tegas dalam penegakan hukum, IPTU Saparuddin juga menunjukkan wajah Polri yang penuh empati. Melalui program Tabungan Kebahagiaan, ia mengajak seluruh personelnya menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu warga miskin, difabel, dan para janda yang membutuhkan uluran tangan.

Salah satu kisah yang menginspirasi adalah saat mereka membantu Nenek Nurmi, 70 tahun, seorang janda buta yang hidup sebatang kara di Desa Kolaka. Melalui inisiatif dan kerja sama lintas pihak, termasuk bantuan dari Gubernur Sulawesi Tengah, Nenek Nurmi akhirnya menjalani operasi katarak secara gratis di RSUD Undata. Kini, ia kembali melihat dunia, sebuah kebahagiaan yang tak ternilai.

“Kami ingin menjadi polisi yang bukan70 hanya hadir saat ada masalah, tapi juga saat masyarakat membutuhkan pelukan dan harapan,” ujar Kapolsek, penuh haru.

Di tengah kerasnya tugas dan tanggung jawab, sosok Kapolsek Saparuddin tampil sebagai penyejuk: pemimpin yang rendah hati, penegak hukum yang berhati nurani, dan sahabat masyarakat dalam setiap keadaan.

No More Posts Available.

No more pages to load.